<body>
MiNi BiO .

bold italic underline link

Name: Zephyr Reidzearly Guavitten (Reid / Jee)
Age: 15 years old
Date of Birth: Mei 28 1965
Horoscope Sign: Gemini
Family: Parents, sister (RIP) and Sister
Home: Rue d'Anjou. Versailles, France

MiNi BiO .

bold italic underline link

Name: Sherty Lizato Guavitten (Sherty / Sher )
Age: 14 years old
Date of Birth: June 19 1966
Horoscope Sign: Gemini
Family: Parents, sister (RIP) and Brother
Home: Rue d'Anjou. Versailles, France
My Wordpress < Blog punya PM>



whispery .




past .

Desember 2007
Januari 2008
Februari 2008
Juni 2008
Juli 2008
November 2008
Desember 2008
Maret 2009
Juli 2009
Agustus 2009
September 2009

House's .

Photobucket Photobucket Photobucket

Comunity .

Chuck B. Lightdarker
Claire Veela Zeus
Flavarel Montez
freya lenneth randgrith
Hotaru Miyawaki
Indoanime
Nathan K. Harvarth
Mizuhime Winterfield
Rae-Ascot-Olip
Vlada Elster
Yukisa Conrad
friends
friends
friends


thanks .

Designer: 01 02
Image: 03
Hosts: 04 05 06 07
Brushes: 08 07 09 10 11
Fonts: 12

Jumat, 10 Juli 2009
Mendapat Surat Tahun Pertama [1982-1983]
9:21:00 AM

Panggung besar dengan sorot lampu cahaya spotlight menerangi panggung tempat ia berdiri. Cahaya redup menyorot bangku-bangku penonton yang berjejer didepan panggung. Di penuhi penonton. Suara tepuk tangan bergemuruh memenuhi ruangan. Setiap adegan, scane berakhir atau itu menurut mereka bagus. Rasa peluh, bulir-bulir air yang menetes dari pellipis dan letih hilang. Melihat senyuman mereka. Kebahagiaan atas apa yang mereka berikan untuk membuat mereka menikmati tiap peradegan-adengan yang dimainkan. Sebuah rasa yang tak dapat diungkapkan.

Lampu-lampu telah padam sosok seorang anak terlihat diantara remang-remang duduk terdiam memandang dengan tatapan kosong kelihatannya. Kearah bangku-bangku penonton yang lampu-lampunya telah di padamkan. Kostume yang ia gunakan belum tergantikan dengan baju yang seharusnya. Rambut pirang pendek dengan sorot mata tajam masih duduk terdiam bagaikan sosok pengawal pribadi seorang pangeran yang siap melakukan apapun untuk menunggu perintah.

Cukup lama matanya tak berkedip. Memastikan benda yang melayang masuk dan berhenti di pangkuannya adalah seekor burung hantu berwarna abu-abu? Tak begitu jelas karena penerangan ditempat ini redup tersamarkan. Mahkluk bersayap dengan mata besar yang menakutkan tapi, tidak menakutkan baginya. Membawa suatu benda. Benda dengan sampul coklat dan berlambang semacam sekolah sihir (mungkin?) yang pernah ia lihat disalah satu perpusatkaan pribadi milik keluarganya. Dan terbang begitu saja.

Tidak sopan. Tak pernahkan burung hantu di ajarkan etika yang baik. Cih!

Kini dirinya kembali terdiam dan tak berkedip, di sampingnya . tangannya memegang selembar surat yang telah dibuka. Surat yang berasal dari dunia sihir itu tertulis sebuah nama terukir ‘SEKOLAH SIHIR HOGWARTS’ sejanak kembali melihat apa yang tertulis. Ini bukan sebuah khayalan melainkan sebuah kesempatan yang harus dirinya dapatkan. Diakui sebagai pewaris Bloomstone.

SEKOLAH SIHIR HOGWARTS

Kepala sekolah: Albus Dumbledore
(Order of Merlin, Kelas Pertama, Penyihir Hebat, Kepala Penyihir, Konfederasi Sihir Internasional)

Ms. Bloomstone yang baik, Dengan gembira kami mengabarkan bahwa kami menyediakan tempat untuk Anda di Sekolah Sihir Hogwarts. Terlampir daftar semua buku dan peralatan yang dibutuhkan. Tahun ajaran baru mulai 1 September. Hormat saya, Minerva McGonagall Wakil Kepala Sekolah

SEKOLAH SIHIR HOGWARTS

Seragam
Siswa kelas satu memerlikan:
1. Tiga setel jubah kerja sederhana (hitam)
2. Satu topi kerucut (hitam) untuk dipakai setiap hari
3. Sepasang sarung tangan pelindung (dari kulit naga atau sejenisnya)
4. Satu mantel musim dingin (hitam, kancing perak)
Tolong diperhatikan bahwa semua pakaian siswa harus ada label namanya.

Buku
Semua siswa harus memiliki buku-buku berikut:
Kitab Mantra Standar (Tingkat 1) oleh Miranda Goshawk
Sejarah Sihir oleh Bathilda Bagshot
Teori Ilmu Gaib oleh Adalbert Waffling
Pengantar Transfigurasi Bagi Pemula oleh Emeric Switch
Seribu Satu Tanaman Obat dan Jamur Gaib oleh Phyllida Spore
Cairan dan Ramuan Ajaib oleh Arsenius Jigger
Hewan-hewan Fantastis dan di Mana Mereka Bisa Ditemukan oleh Newt Scamander
Kekuatan Gelap: Penuntun Perlindungan Diri oleh Quentin Trimble

Peralatan lain
1 tongkat sihir
1 kuali (bahan campuran timah putih-timah hitam, ukuran standar 2)
1 set tabung kaca atau kristal
1 teleskop
1 set timbangan kuningan

Siswa diizinkan membawa burung hantu ATAU kucing ATAU kodok

ORANGTUA DIINGATKAN BAHWA SISWA KELAS SATU BELUM BOLEH MEMILIKI SAPU SENDIRI
Jari jemarinya menyentuh guratan-guratan yang tertulis di perkamen tersebut. Namun tiba-tiba saja sentuhan dipundaknya menyadarkan dirinya. ”Hei, Abel. Tidak mengganti kostum mu?” Tanya anak laki-laki yang lebih tua setahun darinya. Kelereng Azurenya mentap balik anak tersebut dan tersenyum tipis namun terkesan sinis “Aku tahu. Tidak usah kau bilang pun” jawabnya singkat rambut pirang keemasan itu bergerak halus saat ia menoleh, helai demi helai seperti menari dengan indah.

”Apa yang kau lakukan disini? Semua orang sudah pulang kau masih bengong disini” ujar anak itu memerangkul dengan sok akrab pada dirinya dengan rasa penasaran “Mencoba mengenang untuk terakhir kalinya, berada di panggung.” Abel melepaskan tangan yang merangkul dirinya, “Lupakan perkataanku tadi” lalu beranjak pergi meninggalkan pinggiran panggung dimana dirinya duduk tadi. “Lupakan perkataanku tadi.”

Bocah 11 tahun itu berjalan sambil memegang surat yang ia dapat dari burung hantu tidak tahu sopan santun dan etika. Tiba-tiba masuk kegedung pertunjukan dengan seenaknya dan pergi dengan seenaknya pula. Tangan satunya lagi memegang rambut pirang dan menariknya. Rambut pajang ikal dengan teksture warna pirang kecoklatan jatuh teruntai dengan indah. “Hey Abel, apa yang kau pegang?” anak laki-laki yang tadi bersamanya bertanya padanya tentang benda yang ia pengang. “Bukan urusanmu. Wayne” berlalu meninggalkan anak laki-laki yang berada dan masih di sekitar panggung tersebut.

Hanya panggung yang dapat membuatnya menjadi dirinya sendiri tanpa beban tanpa suatu obsesi atau ambisi yang dia inginkan. Sama seperti ayahnya. Like son like father.

****


Bocah dengan rambut terikat tinggi itu berjalan memasuki ruang bagian dalam rumah kediaman Bloomstone. Tidak memperdulikan para pelayan yang memberi salam penghormatan selamat datang atau apapun.

Langkah kaki kecilnya melangkah menuju ruangan keluarga. Tangan kecilnya mendorong pintu dengan ukiran texture indah pada pintu. “Sore Mom, Sore Dad!” memberi salam sambil membungkukan sedikit badannya. Lalu bola azure dalam rongga mata miliknya milirik kearah seorang anak laki-laki sebayanya. Tersenyum penuh makna. Saat melihat benda yang sama ia dapatkan pada saat digedung pertunjukan tadi.

Dengan anggunnya kaki kecilnya menapaki lantai-lantai berualam. Menuju arah pemuda itu. Mengambil perkamen dan memperhatikannya dengan seksama. Benda yang sama dengan benda miliknya. Ah. gadis kecil yang masih bocah berumur 11 tahun itu tertawa kecil. Tersenyum malaikat kearah kedua orang tua ( bukan kandung ) dengan manis. Lalu membuka mulutnya. “ Benda ini sama dengan benda yang aku dapatkan.” Ucapnya tenang “Dan aku rasa Cc juga mendapatkannya. Benar bukan Mom” ujar Abel yang lalu menyerahkan benda milik Cc kepada nyonya besar Bloomstone. “Sepertinya tanpa aku kau tak akan bisa apa-apa Cc” bisik Abel di telinga Cc "Satu hal lagi" Abel berbalk dan menatap wajah wanita muda dihadapannya "Tenang saja aku akan menjaganya" Ujar Abel memberi penghormat terkhir dan langsung pergi meninggalkan ruang keluarga itu. Dengan senyum penuh makna

Cih! Ini adalah sebuah persaingan. Antara dia yang diakui dan aku yang tak diakui. Dia fikir aku senang melakukan apapun yang dia inginkan. Kakek dan nenek tua yang bodoh, mempercayakan orang lemah seperti dia. Mereka terlalu bodoh.

Label: , , , , , , ,